Jumat, 13 April 2012

Betapa mulianya hati SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX

Dalam buku Tahta untuk Rakyat, biografi
dan bunga rampai tulisan tentang Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, S.K. Trimurti
menuliskan kesan-kesan "wong cilik"
tentang "rajanya". Salah satu peristiwa
yang dikisahkannya adalah sebagai berikut.
Seorang simbok bakul beras dari daerah
Kaliurang sedang menunggu kendaraan di
tepi jalan. Dari kejauhan dilihatnya sebuah
kendaraan jip meluncur ke selatan. Wanita
ini memberhentikan jip tersebut karena
hendak menumpang ke pasar Kranggan. Dia
memang biasa nunut-nunut kendaraan
yang datang dari utara menuju ke
selatan, dan pulangnya juga nunut

kendaraan dari arah sebaliknya. Ongkosnya
pun sudah diketahui, berapa rupiah rata-
rata untuk satu kali menumpang.
Jip itu berhenti di depan simbok bakul itu.
Seperti biasanya, ia menyuruh sopir
kendaraan itu mengangkat bawaannya,
beras entah berapa karung, untuk
dinaikkan ke dalam jip. Sopir itu pun
mengikuti perintahnya.
Setiba di depan pasar Kranggan sopir itu
turun dan menurunkan karung-karung
beras yang ada di dalam jip. Setelah
selesai, simbok bakul itu dengan sikap tegak
lurus memberikan uang upah sebagal
imbalan kepada sopir. Tetapi, dengan sikap
sopan sang sopir tidak mau menerima uang
tersebut dan mengembalikannya kepada
simbok bakul itu. Simbok itu marah-marah
karena mengira ia menuntut upah lebih
banyak lagi. Di tengah kemarahannya ia
mengatakan, mengapa sopir yang satu ini
tidak mau diberi uang sekian, padahal
biasanya sopir-sopir yang lain menerima.
Tanpa berkata apa-apa, sopir tersebut
menjalankan jipnya dan terus melaju ke
arah selatan.
Setelah jip itu lenyap, seorang polisi yang
kebetulan berada di sana menghampiri
simbok bakul itu dan bertanya, "Apakah
mbakyu tahu, siapa sopir tadi?" Masih
dalam nada marah, simbok itu menjawab,
"Sopir ya sopir. Habis perkara! Saya tidak
perlu tahu namanya. Memang sopir yang
satu ini agak aneh." Polisi itu berkata lagi,
"Kalau mbakyu belum tahu, akan saya kasih
tahu. Sopir tadi adalah Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, raja di Ngayogyakarta ini."
Seketika itu juga simbok bakul tadi jatuh
pingsan, terjerembab ke tanah. Dia sangat
menyesali perbuatannya yang sangat
kurang ajar terhadap rajanya.

0 komentar:

Posting Komentar